Clan Culture : Budaya Kerja Berlandaskan Rasa Kekeluargaan – Dalam dunia bisnis, fokus utama seringkali tertuju pada kenyamanan dan budaya kerja di lingkungan perusahaan. Berbagai bentuk budaya kerja dapat diterapkan, dan salah satunya adalah budaya kelompok atau clan culture.
Seperti namanya, budaya kerja ini menekankan nilai kekeluargaan. Ini berarti perusahaan berupaya untuk memeluk semua anggotanya guna menciptakan lingkungan kerja yang kompak, akrab, dan solid, mirip dengan atmosfer dalam keluarga.
Penerapan budaya kerja ini terbukti efektif dalam meningkatkan perfoma dan kinerja karyawan. Bahkan, clan culture juga dianggap sebagai elemen yang mendukung penerapan Total Quality Management (TQM) atau manajemen kualitas mutu secara menyeluruh. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan produktivitas proses bisnis, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan dan kelangsungan bisnis jangka panjang.
Lalu, bagaimana cara menerapkannya? Yuk, kita bahas bersama-sama di artikel bawah ini!
Pengertian Clan Culture
Secara sederhana, budaya kerja clan culture adalah suatu pendekatan di perusahaan yang menempatkan kepentingan kelompok dan nilai kekeluargaan sebagai prioritas utama. Moto utama budaya ini dapat diartikan sebagai semangat “satu untuk semua, dan semua untuk satu”. Fokus inti dari budaya perusahaan ini terletak pada kolaborasi tim dan komunikasi internal yang efektif.
Clan culture memberikan keunggulan dalam hal kolaborasi tim karena mendasarkan diri pada prinsip-prinsip yang mempromosikan hubungan solid dan matang dalam mentorship. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Project Management Institute, ciri-ciri dari clan culture ialah melibatkan partisipasi, mentoring, kerja sama tim, kolaborasi tim, musyawarah mufakat, komitmen dan loyalitas, serta sikap yang adil.
Secara umum, budaya ini cenderung diterapkan di perusahaan baru dengan jumlah karyawan yang masih terbatas. Struktur organisasi perusahaan baru tersebut umumnya bersifat horizontal. Oleh karena itu, budaya ini sering menjadi pilihan umum di kalangan perusahaan startup.
Kelebihan dan Kekurangan Clan Culture
Budaya kerja ini memiliki kekurangan dan kelebihannya tersendiri. Sebelum Anda menerapkannya, maka Anda harus mengetahui kekurangan serta kelebihan dari clan culture itu sendiri.
Kelebihan Clan Culture
Komunikasi Internal yag Solid
Keunggulan utama yang sangat dirasakan dari budaya kerja ini adalah terbentuknya komunikasi yang lebih kuat di antara anggota tim. Menurut informasi yang terdapat di laman Breathe HR, struktur organisasi horizontal memungkinkan setiap karyawan, tanpa memandang posisi mereka, merasa lebih dekat satu sama lain. Bahkan, CEO sendiri juga terlibat dalam komunikasi yang sama dengan tim-tim lainnya.
Keunikan ini memungkinkan jalur komunikasi terbuka dari berbagai arah, baik dari atasan ke bawahan maupun sebaliknya. Artinya, setiap anggota tim memiliki kesempatan untuk berkontribusi dan berkomunikasi dengan segenap elemen di dalam tim, menciptakan lingkungan kerja yang transparan dan terbuka.
Produktivitas Kerja Tinggi
Kolaborasi dan kerja sama tim yang kokoh memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan secara signifikan. Selain itu, pencapaian target perusahaan juga menjadi lebih mudah. Ini disebabkan oleh pendistribusian merata dari seluruh target perusahaan kepada semua karyawan, yang pada gilirannya meningkatkan rasa kepemilikan terhadap perusahaan.
Dengan kolaborasi yang kuat dan kerja sama tim yang solid, setiap anggota tim berkontribusi pada pencapaian tujuan perusahan, menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa memiliki peran penting dalam kesuksesan keseluruhan. Hal ini tidak hanya memperkuat ikatan antar anggota tim, tetapi juga memberikan dorongan motivasi yang positif untuk mencapai target bersama.
Terbuka dengan Hal Baru
Manfaat positif lain yang dapat dirasakan melalui penerapan clan culture ini adalah terbukanya perusahaan terhadap masukan dan saran dari seluruh karyawan. Dengan menerapkan budaya ini, setiap karyawan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berpartisipasi, menciptakan suasana di mana mereka merasa nyaman untuk berbicara dan menyampaikan pendapat. Hal ini pada gilirannya dapat mendorong perusahaan untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif karena adanya beragam ide yang berasal dari berbagai sudut pandang karyawan.
Dengan memberikan platform yang terbuka untuk pertukaran gagasan dan pandangan, budaya ini membangun atmosfer yang mendukung kolaborasi dan pemikiran inovatif. Sebagai hasilnya, perusahaan dapat mengakses beragam potensi kreatif dari anggota timnya, memperkuat adaptabilitas, dan menghadapi tantangan bisnis dengan cara yang lebih proaktif.
Kekurangan Clan Culture
Batasan yang Tidak Jelas
Kekurangan utama dari clan culture adalah ketidakjelasan dalam batasan kerja dan otoritas. Hal ini muncul karena setiap individu memiliki peran dan kontribusi yang setara dalam setiap proyek kerja. Oleh karena itu, ketika tim menghadapi masalah, dapat timbul kebingungan mengenai siapa yang seharusnya memberikan solusi atau diikuti.
Ketidakjelasan dalam pembagian tanggung jawab dan otoritas dapat menciptakan situasi di mana keputusan sulit diambil atau pelaksanaan proyek terhambat. Keadaan ini dapat merugikan produktivitas dan efisiensi, karena tim mungkin akan kesulitan menentukan arah atau tindakan yang harus diambil dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu, sementara clan culture dapat merangsang kolaborasi, perlu adanya kerangka kerja yang lebih jelas untuk mengelola tanggung jawab dan otoritas agar tetap terorganisir.
Terlalu Fokus pada Tim, Bukan Individu
Ketika fokus utama adalah pada kerja tim, beberapa karyawan yang merasa menjadi kelompok minoritas mungkin merasa kurang berani untuk menyuarakan pendapat mereka. Akibatnya, saat muncul ide, karyawan yang merasa bahwa ide mereka terlalu berbeda mungkin enggan untuk menolak atau menentangnya.
Penting untuk diakui bahwa dalam budaya yang sangat menekankan kerja tim, adanya perbedaan pendapat seringkali dianggap sebagai tantangan. Hal ini dapat membuat individu yang merasa menjadi minoritas cenderung menahan diri agar tidak mengganggu harmoni tim. Untuk mengatasi ini, perlu diciptakan lingkungan yang mendukung inklusivitas dan menghargai keragaman ide. Memastikan bahwa setiap anggota tim merasa dihargai dan didengarkan dapat membuka pintu bagi ekspresi pendapat yang lebih terbuka dan sehat di dalam tim.
Memicu Ketidakdisiplinan
Perusahaan yang mengadopsi clan culture cenderung memberikan tingkat kebebasan yang lebih besar kepada karyawannya. Namun, beberapa karyawan mungkin memanfaatkan kebebasan ini untuk kepentingan pribadi mereka. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengantisipasi potensi tersebut dengan baik ketika menerapkan budaya kerja.
Walaupun memberikan kebebasan kepada karyawan, perusahaan harus memastikan bahwa ada aturan yang jelas yang mengatur perilaku karyawan. Hal ini penting untuk menghindari penyalahgunaan kebebasan yang dapat merugikan perusahaan. Dengan memiliki pedoman yang jelas, perusahaan dapat memastikan bahwa kebebasan yang diberikan kepada karyawan tetap sejalan dengan nilai dan tujuan perusahaan. Dengan demikian, clan culture dapat berfungsi secara optimal tanpa menimbulkan potensi risiko yang tidak diinginkan.
Fokus pada Internal
Clan culture ini cenderung lebih memfokuskan pada aspek internal perusahaan. Meskipun memerhatikan aspek internal adalah hal yang penting untuk memahami kebutuhan karyawan dan kondisi SDM perusahaan, terlalu berfokus pada hal ini dapat menyebabkan perusahaan kehilangan pandangan dari perspektif dunia luar yang seharusnya menjadi prioritas dalam menjalankan bisnis.
Meskipun fokus pada internalitas dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan keefektifan pada kesejahteraan karyawan, namun keberlanjutan bisnis juga sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungan eksternal. Oleh karena itu, penting utnuk mencapai keseimbangan yang tepat antara fokus pada aspek internal dan eksternal, sehingga perusahaan tetap responsive terhadap perubahan pasar dan tetap relevan dalam dunia bisnis yang dinamis.
Cara Menerapkan Clan Culture dalam Perusahaan
Budaya kerja clan culture dapat dikembangkan dengan meningkatkan rasa kepemilikan dan kerja sama yang lebih solid antar tim. Jika Anda berencana untuk menerapkannya, langkah-langkah awal yang dapat diambil melibatkan :
- Membangun komunikasi yang lebih terbuka dan dua arah antara tim dan atasan.
- Mendengarkan serta memahami keinginan dari setiap karyawan.
- Mengidentifikasi harapan dan ekspektasi, dan mengimplementasikannya selama proses kerja.
- Memahami karakteristik dan kebutuhan perusahaan ketika membangun atau menerapkan budaya kerja.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan produktivitas dan kerja sama tim. Penting untuk mencermati budaya kerja di dalam perusahaan dan juga memahami kebutuhan khusus dari tim atau karyawan Anda.
Misalnya, tim keuangan memiliki kebutuhan teknologi yang signifikan dalam menjalankan tugas mereka di era yang semakin canggih ini. Oleh karena itu, pertimbangkan untuk mengadopsi solusi teknologi seperti IPOS yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan kinerja tim keuangan.
IPOS adalah software toko yang sudah terintegrasi dengan akuntansi yang sudah dipercaya oleh ratusan pebisnis UMKM di Indonesia. Dengan berbagai macam fitur yang IPOS punya, efisiensi bisnis Anda bisa ditingkatkan. Baik dari persediaan, penjualan, manufaktur, laporan keuangan, dan masih banyak lagi.
Anda masih ragu apakah bisnis Anda cocok dengan IPOS atau tidak? Coba gratis IPOS di sini.
Kata kunci : Aplikasi Toko Ritel dan Grosir, Software Toko dan Grosir, Software Toko Lengkap, Software Toko Murah, Software Kasir, Aplikasi Kasir, Software Toko IPOS, IPOS 4, IPOS 5